Dosa Besar Riya: Bahaya dan Cara Menghindarinya

0
29
Dosa Besar Riya - Bahaya dan Cara Menghindarinya
Dosa Besar Riya - Bahaya dan Cara Menghindarinya

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Sahabat Gema Islam. artikel kali ini mimin mau berbagi kembali catatan faedah dari program kajian maktabah salafiyah tentang dosa besar yang ke-37 dalam kitab “Al-Kabair” karya Imam Adz-Dzahabi rahimahullah ta’ala, yaitu dosa besar riya yang disampaikan oleh al-ustadz Rizal Fadhilah,Lc. -hafidzahullah-. Sahabat gema islam, riya adalah tindakan melakukan amal ibadah dengan tujuan mendapatkan pujian atau perhatian dari manusia, bukan semata-mata mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala. mari kita ulas bersama-sama tentang bahaya dosa besar riya.

Definisi Riya

Secara bahasa, riya berasal dari kata رَأَى – يَرَى – رُؤْيَةً yang berarti melihat. Adapun secara istilah, riya adalah ketika seseorang melakukan amal ibadah dengan tujuan dilihat dan dipuji oleh manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Quran:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ ۖ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah akan membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ [4]: 142)

Dalam ayat ini, Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa salah satu ciri orang munafik adalah melakukan ibadah dengan riya, yaitu ingin dilihat dan dipuji oleh manusia.

Bahaya Riya

Riya adalah dosa besar yang sangat berbahaya karena bisa menghancurkan amal ibadah kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، يَقُومُ الرَّجُلُ يُصَلِّي، فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang suatu perkara yang paling aku takuti yang akan menimpa kalian, yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal? Yaitu syirik kecil (riya), seorang laki-laki berdiri untuk shalat, lalu dia memperbagus shalatnya karena melihat ada orang lain yang memperhatikannya.” (HR. Ahmad)

Hadits ini menunjukkan bahwa riya adalah syirik kecil yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.

Riya dalam Amal Ibadah

Sahabat gema islam, berikut ini adalah beberapa contoh riya dalam amal ibadah:

Shalat dengan Riya

Orang yang melakukan shalat dengan tujuan agar dilihat dan dipuji oleh orang lain. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
“Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.” (QS. Al-Ma’un [107]: 4-6)

Sedekah dengan Riya 

Orang yang bersedekah dengan tujuan mendapatkan pujian dari manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ، وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ. قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid. Dia didatangkan dan Allah memperkenalkan nikmat-Nya kepadanya, lalu dia mengakuinya. Allah bertanya: Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab: Saya berperang di jalan-Mu hingga saya mati syahid. Allah berfirman: Kamu dusta, tetapi kamu berperang agar dikatakan sebagai pemberani, dan itu sudah dikatakan. Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. Lalu ada seorang laki-laki yang belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran. Dia didatangkan dan Allah memperkenalkan nikmat-Nya kepadanya, lalu dia mengakuinya. Allah bertanya: Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab: Saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran karena-Mu. Allah berfirman: Kamu dusta, tetapi kamu belajar ilmu agar dikatakan sebagai orang alim dan membaca Al-Quran agar dikatakan sebagai qari, dan itu sudah dikatakan. Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian ada seorang laki-laki yang diberi kelapangan oleh Allah dan diberi segala macam harta. Dia didatangkan dan Allah memperkenalkan nikmat-Nya kepadanya, lalu dia mengakuinya. Allah bertanya: Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab: Saya tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau sukai untuk berinfak di dalamnya kecuali saya infakkan karena-Mu. Allah berfirman: Kamu dusta, tetapi kamu melakukannya agar dikatakan sebagai dermawan, dan itu sudah dikatakan. Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

Hadis ini mengingatkan kita bahwa amal ibadah yang dilakukan dengan tujuan riya, meskipun tampak besar di mata manusia, tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan justru akan menjadi penyebab seseorang masuk neraka.

Cara Menghindari Riya

Berikut ini beberapa cara untuk menghindari riya:

Niat yang Ikhlas

Sebelum melakukan amal ibadah, periksa niat kita. Pastikan niat kita hanya karena Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menyembunyikan Amal Ibadah

Usahakan untuk menyembunyikan amal ibadah kita dari pandangan manusia sejauh mungkin. Misalnya, bersedekah secara diam-diam atau melakukan shalat sunnah di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain.

Berdoa Memohon Keikhlasan

Selalu berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar diberikan keikhlasan dalam setiap amal ibadah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا أَعْلَمُهُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُهُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampunan-Mu dari apa yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)

Penutup

Sahabat Gema Islam, riya adalah dosa besar yang sangat berbahaya dan dapat merusak amal ibadah kita. Marilah kita senantiasa menjaga niat kita agar tetap ikhlas hanya karena Allah subhanahu wa ta’ala dan berusaha menghindari riya dalam setiap amal ibadah. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan kita keikhlasan dalam beribadah dan menerima amal-amal kita. Aamiin..

siamak kajian selengkapnya di link berikut Dosa Besar Riya’ | MAKATABAH SALAFIYAH | Ustadz Rizal Fadhillah, Lc 

 

donasi siaran dakwah
donasi siaran dakwah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here