Sahabat Gema Islam, pasti diantara kita ada yang bertanya-tanya bagaimana jika seseorang dari kalangan ahlu tauhid meninggal dunia sementara dia terus menerus di atas dosa besar. yuk kita simak ulasan dari hal tersebut, dari catatan faidah berharga dari pembahasan kitab a’lamu sunnah al mansyurah bersama Al-Ustadz Heri Iman Santoso -hafidzahullah- berikut.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah al-anbiya ayat 48 yang maknanya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan kebaikan walaupun seberat biji zarah sekalipun, walaupun dirinya dipenuhi dengan dosa-dosa asalkan dia memiliki kebaikan sebesar zarah sekalipun (kebaikan yang didasari keimanan diatas lailahailaah yang tidak gugur dengan kesyirikan dan kekufuran) maka itu akan bermanfaat untuk dirinya, allah akan mendatangkan kebaikan tersebut nanti yaumil qiyamah.
Dalam surah al-araf ayat 8-9 yang maknanya bahwa al-wazn (Mizan) pada hari kiamat itu benar adanya, orang yang berat amal kebaikannya dia adalah orang yang sukses. Adapun orang yang ringan amal kebiakannya, maka mereka orang yang rugi pada dirinya, tersebab mereka dzolim terhadap ayat-ayat Allah.
Dalam surah ali Imran juga dijelaskan bahwa pada hari kiamat nanti, Allah subhanahu wa ta’ala akan menghisab, menghitung, menimbang seluruh amalan manusia yang baik atau buruk. Dalam surah an-nahl ayat 111 bahwa, setiap jiwa nanti diahri kiamat dia membela dirinya, kemudian Allah datangkan apa yang mereka kerjakan dan mereka tidak akan didzalimi. Mereka akan dapat konsekuensi dari setiap perbuatannya.
Dan juga Ayat-ayat lain yang senada bahwa Allah menghisab seluruh amalan baik dan buruk dan akan membalasnya.
Ketahuilah apa yang ditetapkan para shahabat. apa yang ditetapkan oleh ayat-ayat quran sunnah Rasulullah, dan para salafush shalih menyebutkan bahwa pelaku maksiat dari kalangan ahlu tauhid ada 3 tingkatan yaitu:
- Pertama, kelompok orang yang lebih berat kebaikannya dari keburukannya, maka mereka adalah kelompok yang masuk surga tanpa disentuh api neraka,
- Kedua, kelompok yang sama antara amal kebaikan dan keburukannya. Keburukannya menyebabkannya tidak bisa langsung masuk surga kemudian kebaikan-kebaikannya menjadikan dia selamat dari neraka, merekalah yang disebut ashabul a’raf, orang-orang yang ditempatkan berada diantara surga dan neraka. Mereka terus diam disana, sampai allah mengizinkan mereka masuk surga.
- Ketiga, kelompok yang terus menerus di atas kemaksiatan tetapi mereka masih memiliki pokok keimanan. Kemudian kebaikannya lebih berat dari keburukannya. Mereka masuk neraka sesuai dosa-dosa mereka, kondisi mereka di neraka berbeda tingkatan siksaannya, mereka adalah kelompok yang diberikan izin untuk diberi syafaat. Ketika syafaat diberikan, maka mereka dibebaskan dari neraka.
Tidaklah kekal didalam neraka orang yang meninggal diatas tauhid. Bagaimanapun juga amalnya. Tetapi, siapa yang imannya lebih besar dan dosanya lebih kecil maka akan lebih ringan siksaan nerakanya dan lebih sebentar tinggalnya dan cepat keluar dari neraka.
Adapun yang sebaliknya dosa besar, imannya kecil, kondisinya berkebalikan. Ungkapan dari penulis ini disarikan dari hadits-hadits seputar syafaat, dimana para pemberi syafaat ini pada akhirnya dengan syafaat mereka. Terbebaskanlah orang-orang yang dihatinya terdapat keimanan. Yang pada akhirnya tatkala seluruhnya telah dibebaskan mereka pun mengatakan.”Ya Allah kami tidak meninggalkan ahli tauhid kecuali telah diberikan syafaat dan tidak kekal didalamnya.”
Allah subhanahu wa ta’ala dengan rahmatnya melihat kepada penghuni neraka ternyata ada penghuni nerka yang memiliki kebaikan sebesar debu. para pemberi syafaat telah memberikan syafaat, sehingga Allah mengangkatnya dan dibebaskan dari neraka dan dialah orang terakhir keluar dari neraka dan terakhir masuk kedalam syurga. Setelah itu hanya orang musyrik dan kafir yang kekal di neraka. Itulah tentang para pelaku dosa besar. Mereka bisajadi masuk ke dalam neraka kemudian diangkat oleh Allah baik melaui syafaat maupun rahmat Allah.
Hadits tentang hal ini banyak sekali, untuk itu nabi ﷺ memberikan isyarat dengan sabdanya yang bermakna, barangsiapa yang mengucapkan laiilahailallah, maka kalimat tersebut akan bermanfaat baginya pada suatu hari kelak. Apapun yang menimpa dirinya. Selama kalimat lailahailallah ada pada orang tersebut tidak dibatalkan dengan kesyirikan dan kekufuran walaupun bercampur dengan dosa besar. Maka suatu hari kalimat tersebut akan memberikan manfaat kepadanya, diantaranya akan membebaskan dari neraka Allah subhanahu wa ta’ala.
Oleh: Ustadz Heri iman santoso -hafidzahullahu ta’ala-
Source: dicatat dari program kajian Mutiara fajar bersama Ustaz heri iman Santoso -hafidzahulah- (link: https://www.youtube.com/watch?v=XHrclBJB1tM&list=PLyXCQo6xfaLLGesgAO8mCfWH7I7G2zVwr&index=1)