sahabat gema islam. manusia berada di dunia yang sering disebut dengan Darul Asbab, negeri dimana kita harus menempuh sebab atau menempuh ikhtiar di dalam menghasilkan, di dalam mendapatkan apa yang diinginkan atau menolak dari sesuatu yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh, ketika butuh makan tatkala lapar. dia berusaha menyantap sejumlah makanan agar hilang rasa laparnya, ketika membutuh sejumlah harta. maka manusia berusaha untuk mendapatkan sejumlah harta tersebut. ketika sakit maka dia berobat mencari kesembuhan dengan beberapa sebab yang akan bisa mengantarkan kepada kesembuhan. Itu merupakan contoh praktik menempuh sebab yang dilakukan oleh manusia di dalam mendapatkan atau meraih apa yang diinginkan atau menolak sesuatu yang tidak diinginkan.
Maka, poin selanjutnya seorang muslim dan seorang muslimah tidak boleh mengambil suatu sebab atau kita menyebutnya syariat, suatu usaha kecuali memperhatikan beberapa hal berikut ini:
pertama seorang muslim seorang muslimah tidak boleh mengambil suatu sebab kecuali sebab yang terbukti secara Syari ataupun terbukti secara kauni, terbukti secara Syari artinya adalah ada keterangan dalam dalil-dalil syariat dari al-qur’an dan Sunnah, bahwa sesuatu itu adalah sebab untuk mendapatkan sesuatu atau sebab untuk menolak sesuatu.
Contoh di dalam Surat Nuh, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang menjelaskan tentang keutamaan istighfar. Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menerangkan kepada kita bahwa salah satu keutamaan istighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala akan mendatangkan sebab atau menjadi sebab turunnya hujan, menjadi sebab banyaknya anak,banyaknya harta. dan juga kebun-kebun yang subur dan rindang serta sungai-sungai yang mengalir.
Maka istigfar adalah sebab yang terbukti secara syari dengan izin Allah subhanahu wa taala bisa mendatangkan hujan bisa mendatangkan keberkahan atau banyaknya harta dan banyaknya anak dan juga bisa mendatangkan kebun-kebun yang rindang dan sungai-sungai yang mengalir
kedua adalah sebab yang terbukti secara kauni. Kauni ini maksudnya adalah tujrubah atau kebiasaan-kebiasaan hasil dari analisis-analisis ilmiah seperti umpamanya di dalam praktik-praktik kehidupan berdagang sebagai sumber untuk mendapatkan harta bekerja dan sebagainya atau penemuan obat-obat Farmasi. umpamanya ditemukan dalam daun jambu itu ada obat untuk sakit perut misalnya, nah ini adalah hal-hal yang terbukti secara kauni hal-hal yang terbukti secara tujrubah hasil dari kajian-kajian keilmuan.
Maka boleh seorang muslim untuk mengambil dua sebab tersebut ada sebab yang terbukti secara Syari dan sebab yang terbukti secara kauni. Namun. disyaratkan untuk yang terbukti secara kauni ini adalah perkara-perkara yang halal tidak boleh dengan perkara-perkara yang haram. Sebagai contoh umpamanya secara pengalaman ada orang yang tiba-tiba bisa menjadi kaya hasil dari korupsi tidak kemudian menjadi Boleh bagi kita untuk melakukan korupsi. karena hal tersebut adalah perkara yang diharamkan dalam syariat ini atau melakukan penipuan. perampokan dan yang semisalnya
Setelah memperhatikan tentang sebab Syari dan sebab kauni. seorang muslim seorang muslimah meyakini bahwa sebab itu tidak akan memberikan khasiat usaha itu tidak akan memberikan hasil kecuali dengan seizin musabibnya kecuali dengan seizin Allah subhanahu wa ta’ala. sebut saja istigfar tadi menjadi sebab turunnya hujan, maka turunnya hujan ini pun berkaitan dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala yang menguasai sebab yang menguasai yang memiliki yang mengatur sebab-sebab.
Sebagaimana ketika api yang secara kauni itu membakar namun Allah subhanahu wa taala jadikan api itu tidak membakar bagi nabi Ibrahim alaih salam. pisau yang tajam tidak melukai kepada Nabi Ismail alaihi salam karena pengaruh dari suatu sebab itu ada di dalam kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka, kita mesti meyakini sebab itu adalah sebagai bagian daripada usaha kita lalu hatinya bertawakal kepada Allah mengembalikan semua usaha itu hasilnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. jadi pengaruh hasil dari sebab-sebab yang kita tempuh itu berada dalam kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, bisa jadi Allah bersegera untuk mewujudkannya atau Allah subhanahu wa ta’ala dengan hikmahnya menunda atau bahkan menyimpannya untuk di akhirat nanti baik
Dalam menempuh sebab ini seorang muslim seorang muslimah juga meyakini bahwa pengaruh yang muncul dari sebab-sebab yang kita usahakan ini berkaitan dengan takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Tiga hal tersebut diantara hal yang mesti dicermati dipahami dan menjadi panduan ketika kita akan berikhtiar menempuh suatu sebab di dalam memperoleh apa yang kita inginkan atau menolak dari sesuatu yang tidak kita inginkan.
wallahu a’lam bishawab
sumber:
Kajian Program Mutiara Fajar Pembahasan Kitan A’lamusunnah almansuroh bersama Ustadz Rizal Arifin
Link selengkapnya: https://www.youtube.com/watch?v=co-ghRdkF3o&list=PLyXCQo6xfaLLGesgAO8mCfWH7I7G2zVwr&index=1
(sampai menit ke-24:35)